Jumat, 30 Januari 2015

OLIMPIADE GONTOR, SATUKAN KERAGAMAN SANTRI



       GONTOR – Ajang Gontor Olympiad atau Olimpiade Gontor, Jumat (30/1) pagi, kembali digelar. Pembukaan yang berlangsung di lapangan hijau Pondok Modern Darussalam Gontor, diikuti lebih dari 4000 santri dan 400 guru KMI. Ustadz H. Heru Wahyudi, S.Ag. selaku Inspektur upacara, menyampaikan amanat kepada seluruh santri dengan penuh semangat.
Ustadz H. Heru Wahyudi, S.Ag. menyampaikan amanat inspektur upacara pada pembukaan Olimpiade Gontor.
        “Kita islamkan olahraga, kita islamkan kesenian. Bahkan kalau perlu, kita islam Messi, kemudian kita bawa ke Gontor untuk mengajarkan sepakbola,” tutur Ustadz Heru di sela-sela amanat inspektur upacara.
        Usai amanat, acara dilanjutkan dengan display pembukaan. Melibatkan ratusan santri yang memenuhi lapangan, bergerak dinamis mengikuti lagu yang dibawakan oleh Vokalis Siswa Akhir KMI 2015. Lagu yang disajikan secara live ini begitu menyemarakkan suasana pembukaan pagi hari tersebut, terlebih ditambah dengan bermacam banner, obor api yang melambangkan ajang mulai digelar, hingga bermacam atribut Siswa Akhir KMI yang juga turut menyemarakkan acara.
        Tak mau kalah, Marching Band Gema Nada Darussalam (MBGND), Persatuan Beladiri Darussalam (Perbeda), Persatuan Senam Darussalam (Persada), Darussalam Body Building Gymnastium (DBBG) dan Tabloid Olahraga (Tablo) turut unjuk gigi. Penampilan diawali oleh MBGND yang membawakan dua lagu, yakni sound track Digimon dan lagu dari Nida berjudul ‘Terus Melangkah’.
        Penampilan dilanjutkan dengan Perbeda, Persada, DBBG dan Tablo. Masing-masing menunjukkan kelebihan dan keahlian di bidangnya masing-masing, yakni beladiri, senam, fitness, sepakbola, takraw, basket dan bulu tangkis.

Senin, 15 Desember 2014

Makalah : Dinamika Kelompok Sosial

Makalah:
DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL


A.    KATA PENGANTAR

                        Puji dan syukur penulis ucapkan  kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”DINAMIKA KELOMPOK.
            Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan, sampai penulisan, penulis mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih  dan kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang, dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
  

BAB I

I. PENDAHULUAN

            dalam kehidupan bermasyarakat, kita akan meemukan banyak sekali gejala sosial yang menyangkut tentang kehidupan kit maupun hidup bermasyarakat. Karena dalam hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yang berarti manusia tidak dapayt hidup engan kekuatan sendiri dan dirinya sendiri. Tetapi manusia membutuhkan hidup bersama dengan masyarakat yang ada disekitarnya, karena pastilah manusia trsebut menemukan masalah yang tak dapat diselesaikan oleh dirinya sendiri tetapi membutuhkanbantuan dari manusia yang lain. Tetapi dalam kehidupan tersebut, dalam bersosial wajarlah apabila terjadi dinamika antar makhluk sosial yang tidak lain merupakan tanda bahwasanya manusia tersebut selau melakukan kegiatan dan selalu beraktivitas.


II. LATAR BELAKANG

A. PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK

Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung memengaruhi warga yang lain cara timbal balik, sedangkan beberapa ahli mencoba memberi pengertian apa yang disebut kelompok.
1.      W.Y.H Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain.
2.      Kurt Lewin berpendapat bahwa :
       The Essences of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence.
3.      H. Smith menguraikan :
       “kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.[1]


B. PEMBENTUKAN KELOMPOK SOSIAL

Manusia dilahirkan kedunia seorang diri, tetapi kemudian hidup berkelompok dengan keluarganya. Seperti kita ketahui, manusia pertama adamtelah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan manusia lain yaitu istrinya yang bernama hawa. Mereka lalu beranak pinak, terbentuklah keluarga, kelompok sosial, kelompok kekerabatan, masyarakat, bangsa, dan Negara.


1. Proses Pembentukan Kelompok Sosial

Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang paling penting ialah reaksi yang tinbul akibat hubungan-hubungan sosial tersebut. Reaksi yang timbul itu, menyebabkan tindakan dan tanggapan seseorang menjadi bertambah luas. Misalnya, kalau seseorang mempunyai teman, dia memerlukan reaksi, entah yang berujut pujian atau celaan, yang mendorong munculnya tindakan-tindakn selanjutnya. Sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai hasratatau keinginan pokok, yaitu:
a. keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dalam masyarakat. 
b. keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
 
2. Persyaratan atau Faktor-faktor Pembentukan Kelompok Sosial

Terbentuknya kelompok sosial memerlukan persyaratan sebagai berikut:
a.      Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa dirinya merupakan anggota atau bagian dari kelompok sosialnya.
b.      Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
c.       Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan di antar mereka bertambah erat.
d.     Kelompok itu berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku yang khas.
e.      Kelompok itu bersistem dan berproses terus menerus.

C. DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL

 Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Untuk meneliti gejala tersebut, perlu ditelaah lebih lanjut perihal dinamika kelompok sosial tersebut. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil daripada kelompok-kelompok sosial lainnya, atau dengan kata lain, strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami yang mengalami perubahan-perubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi, pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut karena pengaruh dari luar. Keadaaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial terjadi karena konflik antarindividu dalam kelompok atau karena adanya konflik antarbagian kelompok tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan di dalam kelompok itu sendiri. Ada bagian atau segolongan dalam kelompok itu yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lainnya; ada kepentingan yang tidak seimbang sehingga timbul ketidakadilan; ada pula perbedaan paham tentang cara-cara memenuhi tujuan kelompok dan lain sebagainya. Semuanya itu mengakibatkan perpecahan di dalam kelompok hingga timbul perubahan struktur. Timbulnya struktur yang baru pada akhirnya juga bertujuan untuk mencapai keadaan yang stabil (di kemudian hari). Tercapainya keadaan stabil paling tidak juga tergantung pada faktor kepemimpinan dan ideologi yang dengan berubahnya struktur, mungkin juga mengalami perubahan-perubahan.[2]

III. PERUMUSAN MASALAH

1.         Dalam dinamika kelompok sosial di masyarakat, selalu terjadi ancaman dari dalam maupun dari luar. Apa saja ancaman dari dalam maupun dari luar tersebut? Bagaimana cara kelompok sosial menghadapinya?
2.         Apa saja hipotesis-hipotesis dalam dinamika kelompok sosial di masyarakat?


BAB IV

PEMBAHASAN

Ancaman dalam dinamika kehidupan kelompok sosial ada yang berasal dari dalam dan ada juga ancaman yang berasal dari luar. Ancaman dari dalam salah satunya adalah perpecahan di dalam kelompok hingga timbul perubahan struktur. Timbulnya struktur yang baru pada akhirnya juga bertujuan untuk mencapai keadaaan yang stabil (di kemudian hari). Tercapainya keadaaan stabil paling tidak juga tergantung pada faktor kepemimpinan dan ideologi yang dengan berubahnya struktur, mungkin juga mengalami perubahan-perubahan. Kadang-kadang konflik dalam kelompok sosial dapat dikurangi atau bahkan dihapuskan, misalnya dengan mengadakan “kambing hitam” (scapegoating) atau apabila, umpamanya, kelompok tersebut menghadapi musuh bersama dari luar.
Perubahan struktur kelompok sosial karena sebab-sebab luar pertama-tama perlu diuraikan mengenai perubahan yang disebabkan karena perubahan situasi. Situasi yang dimaksud di sini adalah keadaan di mana kelompok tadi hidup. Perubahan pada situasi dapat pula mengubah struktur kelompok sosial tadi. Ancaman dari luar, misalnya, sering kali merupakan faktor yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok sosial. Situasi membahayakan yang berasal dari luar memperkuat rasa persatuan dan mengurangi keinginan-keinginan untuk mementingkan diri sendiri pada anggota kelompok sosial.[3]
Sebab kedua adalah pergantian anggota-anggota kelompok. Pergantian anggota sesuatu kelompok sosial tidak perlu membawa perubahan struktur kelompok tersebut. Umpamanya personalia suatu pasukan. Angkatan bersenjata sering mengalami pergantian, dan itu tidak selalu mengakibatkan perubahan struktur secara keseluruhan. Akan tetapi, ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami kegoncangan-kegoncangan apabila ditinggalkan salah seorang anggotanya, apalagi kalau anggota yang bersangkutan mempunyai kedudukan penting, misalnya, dalam suatu keluarga.[4]
Penyebab lainnya, yaitu sebab yang ketiga, adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam situasi sosial dan ekonomi. Dalam keadaan depresi misalnya, suatu keluarga akan bersatu untuk menghadapinya, walaupun anggota-anggota keluarga tersebut mempunyai agama ataupun pandangan politik yang berbeda satu dengan lainnya.[5]

2. Apa saja hipotesis-hipotesis dalam dinamika kelompok sosial di masyarakat?

Di dalam dinamika kelompok, mungkin terjadi antagonisme antar-kelompok. Apabila terjadi peristiwa tersebut, secara hipotesis prosesnya adalah sebagai berikut:
1.      Bila dua kelompok bersaing, maka akan timbul stereotip.
2.      Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan tidak akan mengurangi sikap tindak bermusuhan tersebut.
3.      Tujuan yang harus dicapai dengan kerja sama akan dapat menetralkan sikap tindak bermusuhan.
4.      Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif menjadi positif.
Terkait dengan 4 (empat) jenis hipotesis-hipotesis seperti yang dijabarkan diatas, hal-hal tersebut adalah wajar apabila terjadi dinamika dalam kelompok sosial. Semuanya adalah tergantung dari bagaimana kelompok sosial tersebut menyikapinya.
Hipotesis yang ke-1 (satu), mengatakan “Bila dua kelompok bersaing, maka akan timbul stereotip”. Dalam satu perspektif proses stereotip, ada konsep ingroups dan luar kelompok. Dari sudut pandang masing-masing individu, ingroups dipandang sebagai normal dan unggul, dan umumnya kelompok bahwa mereka sudah mengasosiasikan dengan, atau bercita-cita untuk bergabung. Outgroup adalah hanya semua kelompok lain. Mereka dianggap sebagai lebih rendah dari atau lebih rendah daripada di-kelompok. Contoh dari ini adalah: orang Asia lebih cerdas daripada orang Amerika. Dalam contoh ini orang Asia dipandang sebagai orang pintar karena sistem pendidikan mereka lebih ketat dibandingkan dengan Amerika.
Perspektif kedua adalah bahwa dari otomatis dan eksplisit atau bawah sadar dan sadar. Stereotip Otomatis atau bawah sadar adalah yang semua orang melakukannya tanpa kita sadari. Stereotip otomatis cepat didahului oleh pemeriksaan eksplisit atau sadar yang memungkinkan waktu untuk koreksi diperlukan. Stereotip otomatis dipengaruhi oleh stereotip eksplisit karena pikiran sadar sering cepat akan berkembang menjadi stereotip bawah sadar.
Sebuah metode ketiga untuk mengkategorikan stereotip adalah jenis umum dan sub-jenis. Stereotip terdiri dari sistem hirarkis yang terdiri dari kelompok besar dan mana yang harus jenis umum dan sub-jenis masing-masing. Jenis umum dapat didefinisikan sebagai stereotip yang luas biasanya dikenal di kalangan orang banyak dan biasanya diterima secara luas, sedangkan subkelompok akan menjadi salah satu beberapa kelompok yang membentuk kelompok umum. Ini akan menjadi lebih spesifik, dan pendapat dari kelompok-kelompok ini akan bervariasi sesuai dengan perspektif yang berbeda.
Keadaan tertentu dapat mempengaruhi cara sebuah stereotip individu. Beberapa ahli teori berpendapat mendukung koneksi konseptual dan pemikiran sendiri yang subjektif seseorang tentang seseorang informasi yang cukup untuk membuat asumsi tentang individu tersebut. Teori lain berpendapat bahwa minimal harus ada hubungan kausal antara keadaan mental dan perilaku untuk membuat asumsi atau stereotip. Dengan demikian hasil dan pendapat dapat bervariasi sesuai dengan keadaan dan teori. Sebuah contoh dari asumsi, umum tidak benar adalah bahwa dengan menganggap karakteristik internal tertentu berdasarkan penampilan luar. Penjelasan untuk tindakan seseorang adalah keadaan internal nya (tujuan, perasaan, kepribadian, sifat, motif, nilai, dan impuls), bukan penampilannya.
Sosiolog Charles E. Hurst, "Salah satu alasan stereotip adalah kurangnya pribadi, keakraban konkret bahwa individu memiliki dengan orang-orang dalam kelompok ras atau etnis lainnya Kurangnya keakraban mendorong lumping bersama-sama individu yang tidak dikenal."[6]
Stereotip fokus pada dan dengan demikian melebih-lebihkan perbedaan antar kelompok. Persaingan antara kelompok meminimalkan persamaan dan memperbesar perbedaan.[7] Hal ini membuat seolah-olah kelompok sangat berbeda padahal sebenarnya mereka mungkin lebih mirip daripada yang berbeda. Misalnya, di antara Afrika Amerika, identitas sebagai warga negara Amerika lebih menonjol dari latar belakang ras, yaitu Amerika Afrika lebih Amerika dari Afrika.[8]
Konflik antar kelompok mungkin terjadi karena persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan tertentu. Di samping itu, mungkin ada pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik tradisional yang terpendam. Suatu contoh adalah hubungan antara mayoritas dengan minoritas, dimana rekasi golongan minoritas mungkin dalam bentuk sikap tidak menerima, agresif, menghindari, atau asimilasi.
Masalah dinamika kelompok juga menyangkut gerak atau perilaku kolektif. Gejala tersebut merupakan suatu cara berpikir, merasa, dan beraksi suatu kolektivitas yang serta-merta dan tidak berstruktur. Sebab-sebab suatu kolektiva menjadi agresif antara lain adalah:
1.      Frustasi selama jangka waktu yang lama;
2.      Tersinggung;
3.      Dirugikan;
4.      Ada ancaman dari luar;
5.      Diperlakukan tidak adil;
6.      Terkena pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitif.[9]



BAB V

KESIMPULAN

Dalam dinamika sosial di masyarakat, setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Perkembangan serta perubahan tersebut bisa disebabkan oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam. Perubahan dalam setiap kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara lambat, namun ada pula yang mengalami perubahan secara cepat.



DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Hurst, Charles E. Sosial Ketimpangan: Formulir, Penyebab, dan Perbedaan. (Boston: Pearson Education, Inc, 2007)
Brewer, M (1979). "Dalam kelompok bias dalam situasi antar kelompok minimal: Sebuah analisis kognitif-motivasi" Psychological Bulletin 86 (2): 307-324
McAndrew, FT; Akande, A (1995). "Afrika Amerika keturunan Afrika dan Eropa" Jurnal Psikologi Sosial 135 (5)





[1]Santoso, Drs. Slamet, Dinamika Kelompok, Bumi Aksara, 2004
2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ed. baru-40 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 146-147.
[3]Ibid
[4]Ibid
[5] Ibid
[6] Hurst, Charles E. Sosial Ketimpangan: Formulir, Penyebab, dan Perbedaan. (Boston: Pearson Education, Inc, 2007)
[7] Brewer, M (1979). "Dalam kelompok bias dalam situasi antar kelompok minimal: Sebuah analisis kognitif-motivasi" Psychological Bulletin 86 (2): 307-324
[8] McAndrew, FT; Akande, A (1995). "Afrika Amerika keturunan Afrika dan Eropa" Jurnal Psikologi Sosial 135 (5): 649-655
[9][11] Soekanto, Op.Cit., 148

Senin, 24 Agustus 2009

MTQ Championship



Agustus 2007, adalah saat yang menyenangkan di mana saya menjadi peserta lomba MTQ (Musabbaqoh Tilawatil Qur'an) tingkat kabupaten Tegal. Dua minggu sebelum lomba dimulai saya sudah mempersiapkan diri, dan akhirnya saya mendapat juara 2. Alhamdulillah, walaupun tidak mendapat juara 1 saya tetap mensyukurinya. "Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda", begitu kata pepatah. Dan keadaan itu membuat saya semakin terdorong untuk belajar semakin giat, agar saya bisa menjadi orang yang lebih baik esok hari.